REVIEW BUKU ATOMIC HABITS KARYA JAMES CLEAR

Hallo teman teman, kali ini saya ingin review buku pertama kalinya di artikel ini, nah jadi saya ingin riview buku self-help book yang paling banyak di bicarakan orang dan sering terlihat di rekomendasi buku, yaitu Atomic Habits dari James Clear. Ini sebagai praktik Atomic Habits saya sendiri, buat lebih sering menulis di Website ini. Setidaknya ini bisa menjadi catatan saya, jikalau saya lupa saya bisa lihat tulisan saya dari artikel ini. Mungkin bagi sebagian orang sudah tahu banyak tentang buku ini, atau sudah banyak yang membaca buku ini juga ya. Bahkan beberapa orang juga sudah memberi review dan summary versi mereka sendiri. Disini saya juga tidak ketinggalan, saya mau coba membuat versi saya sendiri.

By the way, James Clear ini ternyata punya cerita haru dibalik penulisan buku ini. Sewaktu dia kecil, James Clear ini pernah sakit sampai terbaring di rumah sakit dalam jangka waktu yang cukup lama karena kritis. Bertahun-tahun dia pemulihan dengan kondisi self- doubt, overwhelmed dan depresi, apalagi saat dia tahu kondisi tubuhnya tidak memungkinkan untuk dia main baseball lagi. Singkat cerita saat dia recovery, dia sadar banyak hal-hal kecil yang dilakukannya berulang secara konsisten sampai dia bisa pulih kembali. Dia menulis websitenya sendiri yaitu jamesclear.com yang berisi artikel, bacaan mingguan, bahkan event yang dia buat sendiri. Kemudian membuka Habits Academy hingga akhirnya menyelesaikan buku ini di tahun 2018. Jadi, wajar saja kalau dia bisa menulis buku ini dengan sangat baik karena isinya itu berdasarkan pengalaman dan perjalanan dia sendiri. Secara garis besar, buku ini cukup mirip dengan buku The Power of Habit by Charles Duhigg hanya saja buku ini lebih banyak diisi dengan contoh nyata sederhana, jadinya kita lebih relate untuk melakukannya.

Secara umum, buku ini sangat simpel sekali, mulai dari covernya bahkan bukunya pun tidak terlalu tebal cuman 295 halaman. Hal yang saya suka dari buku ini adalah setiap bagiannya ada summary, yang membuat pembaca diingatkan lagi akan point penting dari apa yang sudah kita baca di halaman sebelumnya. Selain itu juga, buku ini dibuat dengan contoh- contoh praktikal yang realistis untuk dilakukan. Hal itu membuat pembaca mudah untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan memahami pesan dari buku ini.

Mungkin disini saya juga sekalian menyimpulkan apa saja yang dibahas dalam buku ini, karena menurut saya buku ini bagus sekali. Kebetulan ini buku non-fiksi kategori self-help book yang lagi ramai diperbincangkan. Saya juga dapat rekomendasi buku ini dari beberapa influencer, diantara Belva Mahendra dan Fardi Yandi. Sebelumnya saya juga sudah menonton video Youtube beliau saat promo buku ini, melihat tanggapan orang terhadap buku ini ternyata banyak yang setuju dan merekomendasikannya. Buku ini juga dijual di toko buku offline kesayangan anda dan toko online (marketplace) juga banyak yang menjualnya ya teman-teman.

Oke, mari kita bahas buku ini mulai dari awal.


Ala bisa karena biasa, Ala biasa karena dicoba. Hal kecil yang terkesan sepele tapi dampaknya luar biasa jika dilakukan konsisten bisa menjadi kebiasaan. Baik, kita coba lihat ada apa aja sih yang akan dibahas di dalam buku ini dan bagaimana mengubah langkah kecil itu menjadi kebiasaan?. Waah tentu nya kalian tidak sabarkan untuk membacanya hehe.

Fundamental: Kenapa Perubahan Kecil bisa Berdampak Besar ?

Disini James Clear mencoba membuat analogi konseo 1% Better Every Day melalui diagram dibawah ini. Terkesan sederhana tapi jika dilakukan selama 365 hari alias setahun lihat deh hasilnya jauh banget dari angka 1 (titik awal).

Prinsip 1% perhari, kalau dilakukan sehari memang dampaknya tidak kelihatan namun kalau udah konsisten dilakukan dalam jangka waktu yang lama maka akan terlihat hasilnya. saya ingat dalam buku ini dibahas bahwa “Winners and losers have the same goals” jlebb, itu benar banget sih. Kebayang gak dalam satu perlombaan semua peserta mempunyai tujuan yang sama yaitu mendapatkan posisi yang pertama atau ingin menang. Lah terus apa yang membedakan? Ya kerja keras latihan dan keberuntungannya.

“If you want better results, then forget about setting goals. Focus on your system instead”. Selain itu, untuk mendapatkan hasil hal yang perlu jadi perhatian adalah : trust yourself. Perlu diingat kita ini manusia, ada proses berulang yakni : try, fail, lear, try differently.

Ada 4 Dasar Perubahan Kebiasaan yang dijelaskan dalam buku ini oleh sang penulis, yaitu 1. Make it obvious 2. Make it attractive 3. Make it easy and 4. Make it satisfying. Coba kita ulik satu persatu ya, apa sih yang dibahas Om James di buku ini.


1.         Make it Obvious

Buat kebiasan menjadi jelas, spesifik, terukur dan terencana dalam hal sesederhana mungkin yang paling gampang dicerna oleh otak. Hah? gimana tuh maksudnya? Oke, jadi begini…

Misalnya kalau teman-teman ingin diet atau membentuk otot badan, maka hal itu akan terasa lebih sulit dicerna otak, gimana caranya untuk badan terlihat seperti begini begitu… Maka sederhanakan itu dengan langkah yang nyata dan terukur, seperti : mencatat berapa lama Anda berolahraga sehari dan apa saja yang anda makan. Hari ini aku strecthing selama 15 menit di ruang tamu catat rekam kegiatannya di aplikasi atau di notes kecil biar diingat oleh otak, kemudian esok hari pasti refleks mau olahraga lagi ah, soalnya kemarin udah coba 15 menit. Nah, sesederhana itu penjelasannya teman-teman. Disini juga penulis buat formulanya. Saya akan [kebiasaan] pada [jam] di [lokasi] buat sebisa mungkin lingkungan kamu mendukung untuk kebiasaan baik yang kamu catat dan rencanakan itu biar lebih gampang untuk dilaksanakan.

NB : Self-control is a short-term strategy, not a long-term one


2.         Make it Attractive

Yang kedua ini tipsnya cukup menarik nih, dimana penulis mengajak pembaca untuk membuat kebiasaan itu diiringi sama hal-hal yang kita suka namun dibarengi sama kebiasaan baik yang coba kita bangun. Misalnya nih, yang mau coba bangun kebiasaan olahraga rutin untuk membentuk otot tubuh dan suka nonton film atau dengerin podcast, boleh nih diiringi workoutnya dengan hobinya. Jadi bisa dilakukan sekalian deh tuh nonton Netflix atau Youtube sambil olahraga sore hari. Jadi ada stimulus yang merangsang otak untuk mengambil hal baiknya karena tau bisa nonton sambil olahraga, jadi kesannya lebih menarik. Well, bisa diaplikasikan ke contoh lain juga ya.

Disini, penulis juga mencoba menguraikan bahwa manusia itu punya kebiasaan untuk menirukan 3 hal yaitu :

1)         Meniru yang terdekat dengan kita, seperti kalau kita lagi sama orang ngobrol gitu, pasti kalau sudah nyaman kita akan meniru hal-hal baik atau tindakan juga kebiasaan baik dia, karena kita yakin ini tuh udah ada role modelnya didepan kita sendiri.

2)         Menirukan hal-hal yang mayoritas/kebanyakan orang lakukan, contohnya seperti kita mau workout kita pasti lihat tuh rekomendasi orang biasanya workout tuh dimana, apa saja yang di lakukan, perlu daftar mempership kah? intinya kita pengen niru dari yang kebanyakan orang-orang lakukan karena dinilai itu pasti yang ideal.

3)         Meniru contoh sukses di bidangnya atau orang yang berpengaruh. Biasanya dari kita punya tokoh idola atau crush apapun itu namanya, pastinya kita akan mencoba mengikuti kebiasaan baiknya karena dia acuan yang kita anggap best role atau yang diidam- idamkan. Misalnya kamu ngefans sama seorang artis atau orang berpengaruh siapapun itu, kebiasaan baik dia seperti cara dia berpakaian pasti ditiru oleh fans-nya karena kita ingin seperti atau sekeren dia. Ya, normal banget emang namanya juga human being ya kan. Jadi, kebiasaan baik dia bisa dijadikan contoh untuk diterapkan ke kebiasaan kita.

NB : “If a behavior can get us approval, respect, and praise, we find it attractive.”


3.         Make it easy

Kalau bagian ketiga ini ternyata untuk membuat sebuah kebiasaan baik itu mulai aja dulu dari hal yang sangat mudah dilakukan dan terjangkau. Memang awalnya mager banget apalagi semenjak pandemi ini semua kegiatan itu terasa berat, gak tau kayak lebih menggoda aja gitu santai-santai sambil main handphone hehe. Oke, disini ternyata kita di challange nih sama penulis untuk buat kebiasaan dari hal yang paling mudah dilakukan. Maksudnya begini, effortnya yang dikeluarkan gak banyak dan terjangkau disini dimaksudkan buat alat-alatnya terjangkau buat diambil. Disini penulis pakai metode “The Two-Minute Rule” yang gampang banget buat dipraktekkan. Gimana contohnya?

Oke, seperti contoh sebelumnya kalau kamu tujuannya ingin rajin olahraga maka buat peralatan olahragamu ke tempat yang mudah dijangkau dan sering dilihat mata. Lalu buat kegiatan sesederhana : ambil sepatu olahraga dan ganti baju yang dimana 2 menit itu cukup kan ya buat ngelakuin itu. Apalagi kalau barang-barangnya diletak dekat dengan kita biasa belajar atau nongkrong, serasa barang itu ngeliatin kita seolah ngajak “main yukk” Hahaha. Bisa juga pakai teknologi canggih sekarang kayak smart watch kamu bisa digunakan sebagai reminder buat kamu lari atau jalan 10.000 langkah atau buat sepedaan. Seperti yang dilakukan orang-orang di Instagram, banyak yang membagikan pengalamannya olahraga menggunakan teknologi smartwatch yang connect ke kegiatan kamu. Ya, sekarang udah canggih ya, teknologi yang bekerja untuk kita.

Contoh lain semisal kamu mau rajin membaca, maka mulai dengan letak bukumu di tempat yang sering kamu lewati dan baca 1 halaman dulu saja. Kegiatan itu tadi gak makan banyak effort dan sangat mudah dilakukan. Tapi, secara tidak langsung 2 minute rule itu sebagai langkah awal ternyata untuk kita melakukan lebih dari 2 menit itu di hari berikutnya, lama kelamaan selesai juga baca bukunya:)

Nah, sebaliknya juga.. Kalau kita mau coba mengurangi kebiasaan buruk kita yang membuat produktivitas kita menurun, bisa nih dicoba dengan “Make it difficult” Ha? ya semisalnya keseringan ngescroll HP atau buka media sosial berjam-jam sampai larut malam bisa buat mata kamu sakit atau jadi lupa ngerjain tugas, maka ubah metodenya dengan mempersulit kamu untuk mencapai benda tersebut. Cara mudahnya buat handphone kamu jauh dari jangkauan, taruh di dalam lemari pakaian atau bisa juga dibuat batasan penggunaannya di pengaturan handphone seperti saya sistem 15 menit jatah buka Instagram, Twitter dan sleep mode kalau buka Youtube (ya kadang juga sering di ignore hehe) Setidaknya itu langkah kecil buat yang mempersulit untuk melakukan kebiasaan buruk itu, jadinya lama-kelamaan kita jadi terbiasa dengan kebiasaan itu.

Note: Using technology to automate your habits is the most reliable and effective way to guarantee the right behavior.


4.         Make It Satisfying

Aturan yang terakhir dari penulis kita diajak untuk membuat kebiasaan itu menjadi sesuatu yang membuat kamu senyum atau menyenangkan untuk dilakukan karena kamu tahu ada rewardnya di akhir. Seperti yang ditulis di bukunya “What is immediaetly rewarded is repeated. What is immediaetly punished is avoided.”

Memang agak terkesan klise ya, tapi dengan begitu otak kita jadi di stimulus nih buat ngelakukannya jadi lebih semangat dan ada tirgger-nya nih buat ngelakuin ini. Contoh simpelnya ialah, kalau rajin nabung setiap bulan nanti duitnya bisa terkumpul buat beli barang X lah atau jalan-jalan ke tempat tertentu gitu.

Quote: The costs of your good habits are in the present. The costs of your bad habits are in the future.

Buku ini layak diacungin jempol memang cocok banget dibaca buat semua kalangan karena di buku ini dibahas detail sih contoh prakteknya bagaimana dengan cara yang sederhana. Bayangkan kebiasaan kecil itu diibaratkan dengan atom dengan ukuran partikel terkecil di bumi itu terbentuk dalam satu sistem, satu kesatuan dan menjadi otomatis merubah kehidupan kita. Kalau di Indonesia ada pepatah “Kecil-kecil lama lama menjadi bukit”. Kira-kira seperti itu kiasan yang cocok untuk menggambarkan bagaimana sistemnya atomic habits bisa membuat hasil yang signifikan.

Kalau bumi semesta punya sisi terang dan sisi gelap, langit punya siang dan malam, maka begitu juga dengan hidup ada sisi baik dan juga ada sisi buruknya. Dalam hal kebiasaan baik dan kebiasan buruk yang secara tidak sadar dilakukan karena sudah menjadi sistem dan terekam di otak alam bawah sadar kita, sampai kita sendiri gak sadar kalau itu udah jadi sistem otomatis. Disini kita bisa memilah mana kebiasaaan yang berdampak baik dan buruk buat saat ini dan di masa yang akan datang. Self-awareness, yupz.. gak semuanya punya dan sadar akan hal ini. Kita seolah denial dan terlalu sibuk serta puas akan diri sendiri sehingga kita tertutup akan pandangan lain dan hal yang sebenarnya banyak yang perlu ditingkatkan untuk produktifitas hidup kita. Our expectations determine our satisfaction, bagaimana ini menjadi pengaruh bagi emosional kita yaitu tentang ekspektasi vs realita. Ketika berharap terlalu tinggi namun tidak mendapatkannya, tentunya kecewa berat. Disini, penulis menjelaskan gimana sih sebenarnya rasa kecewa itu bisa dikontrol dengan rumus seperti ini.

Karena kebahagiaan relatif ya teman-teman, kita bisa pilih level bahagia kita masing- masing, begitu juga rasa kecewa kita bisa pilih. Intinya kalau berharap jangan berlebihan, dan kalau kecewa jangan berlarut-larut. It’s okay to not be okay, it’s okay kalau ekspektasi vs realita gak sesuai..

Daripada sekedar membaca buku ini sampai habis, lebih baik memang mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, practice makes perfect. Hal ini juga berlaku buat saya ya, bukan buat pembaca saja. Karena ini kebiasaan dan terus berulang- ulang terjadi selama kita masih bernafas, maka coba terapkan langkah-langkah yang sudah dijelaskan diatas di kehidupan kita masing-masing. Memulai memang berat ya, apalagi kalau mengubah hal yang sudah biasa kita lakukan. Wajar, tapi kembali lagi kamu harus punya tujuan dulu untuk melakukan. If you want, go for it, If you don’t it’s okay. Hehe, hidup memang selalu soal pilihan ya teman-teman. Satu persen setiap hari itu bisa diusahakan, tapi untuk konsisten dan benar-benar melakukannya itu kembali lagi ke pribadi masing-masing.

Kalau boleh jujur artikel juga sebagai wujud dari salah satu tujuan saya untuk mulai konsisten kembali menulis, apapun itu. Karena secara tidak sadar, kebiasaan menulis ini ternyata bisa menyalurkan apa yang saya pikirkan yang mungkin gak tersalurkan secara verbal atau lisan.

Kurang lebih, ulasan untuk buku non-fiksi kali ini cukup sekian. Ambil yang baiknya, buang yang buruknya. Kalau kamu ingin tahu lebih lanjut dan detail mengenai Atomic Habits, silahkan baca bukunya. Karena bagi sebagian orang juga ada yang lebih puas jika membaca bukunya secara keseluruhan, gak masalah. Disini saya hanya mencoba me review dan menceritakan kembali apa yang saya dapat dari keseluruhan buku. Kalau kamu senang membaca tulisan ini silahkan beri komentar yang bermanfaat, namun jika tidak ya silahkan skip saja. Mohon maaf jika ada kata yang salah dan kurang berkenan, semoga bermanfaat.

Writer : Mujib


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kabinet Resnawa - Kamush Periode 2024/2025

Milad Kamush Ke-11 Tahun: Bersinergi Menjalin Ikatan Dalam Membangun Rasa Kekeluargaan dan Kebersamaan Untuk KAMUSH yang Maju dan Terdepan

Kesuksesan PBAK Fakultas Ushuluddin dan Humaniora: Tiga Hari Penuh Semangat dan Kebersamaan