Safari Edukasi: Mengenal Lebih Dekat Perjuangan Banua Bersama Museum Lambung Mangkurat
SAFARI
KAMUSH
Safari
Edukasi: Mengenal Lebih Dekat Perjuangan Banua Bersama Museum Lambung Mangkurat
Halo
sobat Kamush Antasari. Kali ini Kamush
Antasari melaksanakan proker atau program kerja dari bidang kajian ilmiah,
yakni “SAFARI KAMUSH”. Safari Kamush merupakan program kerja jangka panjang
dari bidang kajian ilmiah, yakni dengan melakukan ekspedisi dan observasi ke
tempat tertentu yang mana tujuan di adakannya kegiatan ini adalah yang pertama
sebagai wadah bagi pengurus Kamush untuk mengenal tempat-tempat yang ada di Kalimantan
Selatan khususnya di Banjarmasin. Tempat-tempat yang kami tuju adalah tempat-tempat
bersejarah, bernilai budaya, wisata dan lain sebagainya. Kedua, kegiatan ini di
adakan untuk mengakrabkan seluruh pengurus Kamush periode 2022/2023 dan yang
ketiga sebagai wadah untuk bergembira setelah melaksanakan program kerja yang
sifatnya menekan batin.
Safari
Kamush yang pertama ini adalah kunjungan ke Museum Lambung Mangkurat di
Banjarbaru. Mengangkat tema Safari Edukasi: Mengenal Lebih Dekat Perjuangan
Banua Bersama Museum Lambung Mangkurat, yang mana sesuai dengan diksi
katanya yakni kami ingin mengenal lebih dekat tentang perjuangan para pahlawan
yang ada di Kalimantan Selatan dengan mengunjungi Museum Lambung Mangkurat ini.
Lebih-lebih lagi di dalam kepengurusan kami ada beberapa dari teman kami yang bukan
dari Kalimantan Selatan, untuk itu tempat ini bagus buat memperkenalkan mereka
apa aja sih yang identik dengan Kalimantan Selatan, khususnya memperkenalkan
para pahlawan kemerdekaan yang ada di Kalimantan Selatan.
Sejarah Berdirinya Museum
Lambung Mangkurat
Pada
awalnya bangunan ini mengalami pasang urut dan beberapa kali mengalami
pengalihan fungsi serta perubahan nama. Awalnya didirikan pada tahun 1907
dengan nama Museum Borneo bertempat di Banjarmasin. Yang mendirikannya adalah
pemerintah dari Bangsa Belanda. Dulu letak bangunan Museum Borneo berada di
Swartpark (Komplek Masjid Sabilal Muhtadin), namun akhirnya Heeren Gracht (D.I.
Panjaitan) menjadi tempat pemindahannya. Akan tetapi, pada saat Jepang datang,
para penguasanya mengambil habis koleksi-koleksi yang ada di museum tersebut.
Di tahun 1955, pada masa kependudukan
penjajah Jepang, budayawan-budayawan di perintahkan oleh Gubernur Milono untuk
mendirikan sebuah museum dengan nama museum Kalimantan. Kala itu yang
memelopori pembangunan Museum ini adalah Amir Hasan atau Kyai Bodan Kejawan dan
sekaligus sebagai Pioneer museum. Bangunan yang di pakai adalah gedung
pemufakatan Indonesia dan termasuk Museum ke dua. Namun pada akhirnya museum
ini di bakar habis oleh penjajah.
Setelah terselenggaranya Konferensi
Kebudayaan pada tahun 1967, di dirikan sebuah Museum yang bernamakan Museum Banjar.
Museum ini adalah museum ketiga di Kalimantan Selatan dengan adanya Keputusan
Gubernur Kalimantan Selatan No. 19/1-2-301-573. Bangunan yang dipakai untuk
sementara yakni bangunan rumah milik Alm. Abdul Ghafar Hanafiah. Setelah itu pada
tahun 1968 dipindahkan ke Balai Wartawan. Namun Museum ini tidak bertahan lama,
akhirnya pada 10 Januari 1979 oleh Dr. Daoed Yoesoef, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, resmi didirikan Museum ke empat yakni Museum
Lambung Mangkurat. Dan koleksi-koleksi pada Museum Banjar menjadi bagian dari
Museum Lambung Mangkurat. Dinamai Lambung Mangkurat karna terinspirasi dari
sebuah hikayat raja-raja Banjar.
Tentang Museum Lambung Mangkurat
Kalimantan
Selatan termasuk provinsi atau daerah yang memiliki kekayaan budaya dan
peninggalan-peninggalan bersejarah yang sangat banyak. Untuk melestarikannya,
pemerintah Kalimantan Selatan mendirikan sebuah museum yang di beri nama Museum
Lambung Mangkurat. Bertempat di kota Banjarbaru, tepatnya di Jl. Jendral Ahmad
Yani Km. 35,5.
Sebelum
menjadi Museum, dulu berstatus sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat
Jenderal Kebudayaan, Jakarta. Karena adanya penerapan otonomi daerah, akhirnya
museum ini menjadi milik pemerintah daerah dengan di serahkan kepada kepala
pemerintah daerah itu sendiri. Dengan demikian museum ini menjadi UPT Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kalimantan Selatan, yang dikelola langsung oleh Pemerintah
Provinsi Kalimantan Selatan sendiri.
Bangunannya
berbentuk seperti rumah adat suku yang ada di Kalimantan Selatan, yakni suku Banjar.
Rumah yang di maksud ialah Rumah Bubungan Tinggi. Suku Banjar merupakan suku
utama di Kalimantan Selatan, yakni gabungan antara masyarakat daerah aliran
sungai Kalimantan Selatan, yakni lain DAS Martapura, DAS Barito, DAS Tabanio
dan beberapa yang lainnya.
Luas
bidang tanah tempat Museum ini berdiri yakni sekitar 15.000 m², yang terdiri dari
dua lantai gedung utama pameran tetap, rumah dinas kepala, ruang pameran
temporer, kantor, ruang yang terpisah dari gedung utama, seperti ruang kain dan
ruang kaca, dan ruang lukisan. Ruangan-ruangan tersebut bisa di kelompokkan
menjadi 3, yakni ruang tentang kebudayaan, ruang Pra sejarah dan ruang sejarah
tentang perjuangan rakyat Banjar melawan penjajah.
Tujuan
didirikannya museum ini yakni untuk menambah wawasan masyarakat melalui tempat
wisata ini dan menanam kesadaran akan pentingnya melestarikan budaya yang ada. Biaya
masuk ke museum ini sangat murah dan bervariasi. Tiket perorangan dewasa hanya
sebesar Rp. 5000 saja, dan anak-anak sebesar Rp. 3000. Sedangkan rombongan
orang dewasa Rp. 3000 dan rombongan anak-anak Rp. 2000 saja. Kemudian untuk
turis mancanegara perorangannya harus membayar Rp. 10.000 untuk orang dewasa
dan Rp. 5000 untuk anak-anak. Museum ini buka setiap hari pada jam 08.00-16.00
Wita. Tapi sekarang karna masih dalam keadaan menyesuaikan diri dengan paska covid-19
yang melanda seluruh negeri, museum ini buka pada jam 09.00 sampai jam 12-00
Wita saja.
Koleksi Yang Di Miliki Museum Lambung Mangkurat
1.
Ruang Induk Lantai Pertama
Di lantai pertama ini banyak di sediakan
benda-benda atau alat-alat untuk berperang baik dari pihak orang Banjar maupun
musuh (Belanda dan Jepang) , seperti tombak, pistol kuno, mariam dengan
pelurunya, keris, pedang atau parang dan lain sebagainya.
2.
Ruang Induk Lantai Dua
Dilantai dua, koleksi-koleksi yang di
tampilkan mencirikan kehidupan masyarakat Kalimantan Selatan dan
peninggalan-peninggalan budaya secara berurutan, selain itu juga ada
warisan-warisan keilmuan yang di tinggalkan oleh para tokoh ulama Banjar.
Urutan tersebut di mulai dari kawan pesisir yang menceritakan kehidupan alamnya
sampai kebiasaan-kebiasaan masyarakat dari dilahirkan sampai ia meninggal.
Dimulai dari koleksi yang menceritakan daerah-daerah
pesisir atau pinggiran laut yakni daerah hutan bakau. Penghuninya adalah
hewan-hewan seperti kura-kura dan penyu. Terus naik ke daerah baruh atau
daratan setelah daerah pesisir. Yang mana penghuninya yakni hewan-hewan melata
seperti ular, kadal dan biawak. Setelah itu lanjut ke daerah pegunungan yakni
hutan-hutan ulin yang banyak di huni oleh Tenggiling sampai ke spesies khas
Kalimantan Selatan yakni si hidung mancung Bekantan.
Selain itu juga ada ditampilkan
warisan-warisan budaya seperti wayang-wayang, alat musik, baju adat dan lain sebagainya.
Terus adat dan kebiasaan serta mata pencaharian masyarakat seperti pandai besi,
bercocok tanam, mencari ikan, menjebak burung, adat dalam pernikahan, adat
dalam mengurus bayi sampai dewasa dan sampai adat dalam mengantar jenazah ke
tempat peristirahatan terakhir. Terus diperlihatkan juga miniatur-miniatur
rumah adat Banjar dengan berbagai jenisnya.
3.
Ruang Terpisah.
• Ruang Temporer
Ruangan
ini di sediakan untuk menaruh koleksi-koleksi atau benda-benda dari masa ke masa.
• Ruang Lukisan
Sebagaimana namanya, ruangan ini di sediakan
untuk menaruh koleksi lukisan oleh seniman-seniman dari Kalimantan Selatan.
• Ruang Kain
Kalimantan Selatan merupakan provinsi yang
memiliki banyak cagar budaya. Sasirangan adalah salah satu identitas Kalimantan
Selatan, yakni kain yang bermotif seperti batik namun memiliki ciri khas
tersendiri. Sasirangan ada berbagai macam jenis. Dan ruangan ini di sediakan
khusus untuk menaruh kain-kain yang memiliki ciri budaya dari Kalimantan
Selatan khususnya kain sasirangan.
Writer: Irpan
Referensi
Muthalib, Abd. Belajar Sejarah ke Museum
Lambung Mangkurat Banjarbaru. https://www.celebes.co/borneo/museum-lambung-mangkurat. Borneo: Banjarmasin, diakses pada 18
Februari 2023.
Bastara, Musa. Sejarah Lengkap Museum
Lambung Mangkurat: Berdiri Sejak Zaman Kolonial, Ini Koleksi Andalannya. https://pojokbanua.com/sejarah-lengkap-museum-lambung-mangkurat-berdiri-sejak-zaman-kolonial-ini-koleksi-andalannya/. Pojok Banua:
Banjarmasin, diakses pada 18 Februari 2023.
Sari, Milna. Kembali Dibuka untuk
Umum, Pengunjung Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru Dibatasi 50 Persen.https://banjarmasin.tribunnews.com/2022/02/01/kembali-dibuka-untuk-umum-pengunjung-museum-lambung-mangkurat-banjarbaru-dibatasi-50-persen. Banjarmasin Post:
Banjarmasin, diakses pada 18 Februari 2023.
Komentar
Posting Komentar